I. Latar Belakang
Kemajuan teknologi berpengaruh pada banyak unsur kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah unsur kesejahteraan. Kemajuan teknologi dianggap dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti penggunaan internet untuk memesan barang sehingga lebih efisien dan lebih cepat. Namun di Indonesia, terjadi suatu perbedaan yang mencolok sekali antara keadaan kesejahteraan di kota dan di desa. Tidaklah merata pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk daerah-daerah tersebut. Tentu ini berpengaruh terhadap kesejahteraan penduduk di daerah tersebut.
Sebelum kita membahas lebih jauh lagi, mari kita tinjau lebih dalam perbedaan antara kota dan desa.
A. Kota
"daerah pemukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat;daerah ang merupakan pusat kegiatan pemerintahan, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya"(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II, Balai Pustaka, 1994, Jakarta)
"Sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya materialistis, atau sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur alami dan non-alami dan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukulp besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibanding dengan daerah di belakangnya" (Prof Bintarto, Geografi SMU, 1995, Jakarta)
Suatu pemukiman dapat dikatakan kota apabila telah tersedia berbagai fasilitas seperti: rumah tempat tinggal yang terbuat dari tembok yang kokoh dilengkapi sarana listrik yang cukup, air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana olahraga, pasar, tempat hiburan, tempat ibadah, sarana pendidikan, serta sarana dan prasarana transportasi dan telekomunikasi.
Berdasarkan fungsi dan ciri-cirinya, kota dibedakan menjadi beberapa jenis:
- Kota Administratif: Kota yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan wilayah tertentu. (Contoh: Jakarta, Yogyakarta)
- Kota Industri: Kota yang merupakan tempat konsentrasi industri penduduk yang sebagian besar terlibat di kegiatan itu.
- Kota Kosmopolitan: Kota yang mempunyai sifat internasional dgn banyaknya lembaga-lembaga perwakilan negara lain dan banyaknya penduduk yang merasa dirinya mewakili kebudayaan dan pemikiran internasional
- Kota Metropolitan: Kota besar yang menguasai daerah sekelilingnya
- Kota Pelabuhan: Kota yang merupakan perluasan dari pelabuhan
- Kota Religi: Kota yang berfungsi sebagai pusat keagamaan (Contoh: Vatikan)
- Dan lain lain
Pada umumnya kota dibagi 2 bagian yaitu:
- Inti Kota: Merupakan pusat kegiatan ekonomi, politik, dan kebudayaan.
- Kota Satelit: Pemekaran dari pusat kota.
B. Desa
"kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri" (Kamus Besar Bahas Indonesia Edisi II, Balai Pustaka, 1994, Jakarta)
"Suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia" (UU no 5/1979)
Berdasarkan potensi fisik dan nonfisik, desa dibagi menjadi 3:
- Desa Swadaya: Desa yang belum dapat memanfaatkan potensi yang ada (terutama sumber daya alam) karena kekurangan tenaga kerja dan dana. Desa ini terletak di daerah yang masih terpencil. Penduduknya rata-rata tidak berpendidikan atau berpendidikan sampai SD, dan kebanyakan masih terikat dengan tradisi, selain itu mereka juga masih miskin. Mata pencaharian penduduk kebanyakan masih bercocok tanam. Fasilitas sarana dan prasarana sangat kurang, dan transportasi dari dan ke desa masih belum memadai.
- Desa Swakarsa: Desa yang baru mulai memanfaatkan potensi yang ada tetapi kekurangan dana. Desa ini terletak di daerah-daerah peralihan antara daerah kota dan daerah terpencil. Masyarakat desa ini sudah banyak mengenyam pendidikan meskipun jarang yang sampai tingkat universitas (kebanyakan lulusan SD-SMA), ikatan tradisi sudah mulai menghilang dan keadaan ekonomi sudah mulai meningkat. Mata pencaharian penduduk sudah mulai bervariasi, tidak hanya di bidang pertanian. Fasilitas sarana dan prasarana sudah mulai ada, dan dibuat secara bergotong royong, mengingat dana masih terbatas. Transportasi dari dan ke desa sudah mulai ada, seperti pembuatan jalan.
- Desa Swasembada: Desa yang sudah memanfaatkan semua potensi yang ada secara optimal. Selain memiliki potensi yang memadai, dana dan tenaga sudah tersedia. Desa ini biasanya terletak di daerah perkotaan. Kehidupannya sudah mulai modern karena mendapat pengaruh dari kota. Masyarakat di desa ini hampir semua sudah mengenyam pendidikan, bahkan cukup banyak yang sampai ke tingkat universitas. Ikatan tradisi sudah menghilang dan keadaan ekonomi cukup tinggi. Mata pencaharian penduduk sudah sangat bervariasi, mulai dari bidang pertanian sampai dengan jasa. Fasilitas sarana dan prasarana yang dibangun sudah cukup baik. Transportasi dari dan ke desa sudah lancar.
II. Isi
Kota memiliki fasilitas yang berbeda dengan desa. Permasalahan kesejahteraan mencakup beberapa bidang, yaitu bidang kesehatan, bidang ekonomi (pendapatan per kapita, perdagangan),
1. Bidang kesehatan
A. Ditinjau dari fasilitas kesehatan
Di desa, fasilitas kesehatan yang ada bervariasi sampai dengan klinik atau puskesmas. Rumah sakit ada namun tidak umum (hanya ada beberapa rumah sakit umum daerah, itupun tidak di semua desa). Alat-alatnya juga sederhana, tidak banyak alat-alat khusus untuk operasi. Alat-alat yang ada hanya untuk menunjang penyembuhan penyakit yang ringan (seperti luka-luka, imunisasi, batuk2, flu, dsb). Obat-obatan yang ada juga terbatas untuk penyembuhan penyakit yang umum (seperti DBD;itupun kurang lengkap, TBC, Tipus, Kolera, diare, infeksi akibat tetanus/luka, dsb). Jumlah bangsal untuk tempat rawat inap pun hanya sedikit, jika dibanding dengan kota.
Rumah Sakit Umum Daerah
Puskesmas Daerah
Di kota, fasilitas kesehatan bervariasi sampai dengan Rumah Sakit. Puskesmas dan Klinik sudah ada di berbagai tempat di kota. Jumlahnya pun sangat memadai (sampai dengan/lebih dari 100). Alat-alatnya sudah canggih, dan dapat dipakai untuk menyembuhkan penyakit yang berat (seperti kemoterapi, perawatan pasien DBD). Alat-alat untuk operasi juga sudah memadai, bisa untuk melakukan suatu operasi besar (seperti pengangkatan kanker, atau pemisahan bayi kembar). Jumlah bangsal untuk rawat inap pun sudah banyak.
Rumah Sakit Persahabatan
B. Ditinjau dari tenaga kerja
Tenaga kerja di puskesmas desa hanya terbatas sampai dengan dokter umum dan dokter bidan, jarang ditemukan dokter spesialis (selain bidan). Jumlahnya pun tidak banyak. Kebanyakan tenaga kerja yang ada belum banyak pengalaman kerjanya (kalaupun ada hanya beberapa).
Sedangkan di kota, tenaga kerja memadai di mana-mana, paling sedikit 1 rumah sakit ada 3 dari bbrp jenis dokter spesialis, yaitu spesialis mata, spesialis gigi, spesialis penyakit dalam, spesialis kulit, spesialis anak, spesialis THT, Psikiater, Bidan, dll. Selain itu, di kota ada banyak universitas dengan fakultas kedokteran, sehingga rumah sakit-rumah sakit tidak kekurang tenaga kerja sebab mahasiswa kedokteran yang sudah mendapat gelar sarjana kedokteran yang sedang menjalani tahap klinik bisa berperan sebagai dokter (sebagai dokter muda)
Dilihat dari keadaan di atas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat kota di bidang kesehatan cenderung lebih tinggi daripada masyarakat desa, sebab warga kota lebih tinggi persentase kesembuhannya dibandingkan warga desa. Sedangkan apabila ada warga desa yang sakit, namun tidak bisa disembuhkan di klinik desa, maka harus dirujuk ke rumah sakit kota, yang tentu saja biayanya lebih mahal bila dibandingkan dengan pendapatan masyarakat desa, dan juga jaraknya lebih jauh. Sedangkan bila ingin dibebaskan biaya rumah sakit, maka warga desa harus mempunyai kartu sehat, yang pengurusannya pada kenyataannya rumit dan malah membuang-buang waktu. Bahkan ada juga yang memungut biaya.
2. Bidang Pendidikan
Pendidikan tentu berpengaruh banyak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang umumnya berpendidikan tinggi akan lebih sejahtera, sebab mereka lebih tahu bagaimana mencari jalan keluar dari masalah-masalah seputar kehidupan dengan lebih baik daripada orang-orang yang tidak berpendidikan setinggi mereka.
Di desa, pada umumnya tingkat pendidikannya hanya sampai SMA. Adapun mereka yang berasal dari desa yang telah melanjutkan pendidikannya sampai ke universitas (sarjana) , kebanyakan tidak kembali ke desanya, dan tidak mengusahakan suatu perngembangan bagi desanya.
Di kota terdapat banyak pusat pendidikan, universitas, pusat-pusat penelitian yang dapat meningkatkan pengembangan kota tersebut. Masyarakat kota pun umumnya berpendidikan tinggi (minimal SMA) dan memiliki potensi SDM yang lebih baik. Mereka dapat mengusahakan suatu bidang usaha menjadi lebih optimal hasilnya.
3. Bidang Ekonomi
Masyarakat desa memiliki pendapatan yang tidak besar. Sebab kebanyakan dari mereka memiliki mata pencaharian di bidang agraria. Kekayaan di desa juga tidak hanya diukur dari berapa uang yang mereka miliki namun dari berapa jumlah ternak yang mereka punya. Ini adalah suatu dampak dari kurangnya teknologi di desa. Masyarakat desa kebanyakan menyimpan uangnya di rumah, atau di celengan. Padahal rumah juga tidak permanen, begitu pula celengan. Apabila suatu hari terjadi kebakaran, atau bisa saja perampokan, yang berakibat pada hilangnya uang mereka. Ternak bisa terkena penyakit (seperti anthrax) dan mati. Kekayaan mereka tidak permanen. Mereka belum mengenal lebih dalam tentang fungsi dari bank. Atau bahkan ada yang belum mengenal bank sama sekali. Meski ada yang sudah menabung di koperasi, namun belum semua melakukannya. Tingkat ekonomi tentu berpengaruh pada tingkat kesejahteraan. Dengan pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka sulit untuk mengembangkan diri ke tingkat yang lebih tinggi, seperti menyekolahkan anaknya sampai ke universitas, atau membeli modal untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka juga kurang mampu membeli fasilitas penunjang seperti transportasi yang lebih efisien (mobil, motor, di desa masih dianggap sebagai barang mewah).
Di kota, tingkat ekonomi bervariasi. Ada yang miskin sekali dan ada yang sangat kaya raya. Kebanyakan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan adalah akibat urbanisasi. Walaupun begitu, masyarakat kota memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi di bidang ekonomi. Sebab dengan pengetahuan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mereka dapat lebih mengembangkan dirinya. Bahkan sekarang dengan teknologi internet, mereka bisa membuka usaha sendiri, bahkan meraup keuntungan sampai berjuta-juta rupiah setiap bulannya.
4. Pusat-pusat Hiburan
Hiburan dan rekreasi juga merupakan suatu faktor kesejahteraan masyarakat. Tentu keberadaan pusat hiburan itu juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.
Di desa, pusat rekreasi jarang ada. Hiburan bagi anak-anak biasanya permainan sederhana seperti congklak, tali karet, gundu, atau bola. Hiburan pada orang dewasa umumnya radio, atau bila memiliki cukup uang, televisi. Pada saat-saat tertentu diadakan pesta-pesta untuk memperingati suatu even (seperti pesta sukuran atas hasil panen yang baik). Hiburan dan rekreasi bagi masyarakat desa belum bervariasi dan masih tradisional.
Di kota, pusat rekreasi sudah sangat bervariasi. Sebut saja pusat hiburan, mulai dari mall, diskotik, kafe, bioskop, sampai tempat-tempat hiburan berbau seks pun ada di sini. Ini merupakan efek dari kemajuan teknologi yang sangat tinggi di kota. Anak-anak di kota umumnya sudah kurang mengenal permainan congklak atau tali karet, dan digantikan dengan permainan game online di internet, atau bermain playstation. Sedangkan orang dewasanya mencari hiburan di mall, atau di diskotik. Atau pergi menonton di bioskop, dan banyak lagi.
Dengan variasi hiburan dan rekreasi yang sangat berbeda antara kota dan desa, tentu mempengaruhi kesejahteraan. Orang-orang kota memiliki lebih banyak pilihan dalam memilih hiburan, dan tentu ini mempengaruhi kesenangan mereka. Sedangkan di desa, meski orang-orangnya juga memiliki hiburan sendiri, namun karena kurangnya variasi maka rasa bosan akan timbul suatu saat.
Dari beberapa perbandingan antara kota dan desa di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di kota lebih sejahtera daripada di desa. Akibat dari kesejahteraan masyarakat di desa, berpengaruh pula pada kesejahteraan di kota. Seperti pada contohnya urbanisasi. Urbanisasi disebabkan oleh beberapa faktor:
- dorongan ekonomi
masyarakat desa ingin menjadi berkecukupan secara ekonomi, dan mereka mendengar bahwa dengan bekerja di kota mereka dapat menjadi kaya. Padahal ini tidak sepenuhnya benar, mengingat persaingan di kota sangat tinggi, dan masyarakat desa pada umumnya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk bersaing di kota, terutama kota-kota besar.
- dorongan rekreasi
masyarakat desa yang mendengar tentang mewahnya fasilitas hiburan di kota, menjadi tertarik untuk pindah ke sana. Namun mereka kurang mendapat informasi bahwa biaya yang diperlukan juga tidak murah. Akibatnya setelah mereka pindah ke kota, karena tidak mengetahui biaya yang dibutuhkan, sehingga uang simpanannya habis dan menjadi miskin.
Akibat kedua hal di atas, penduduk kota semakin bertambah dan ini berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat kota. Persaingan di kota semakin bertambah ketat. Akibatnya berpengaruh pada tingkat pengangguran. Karena banyak orang yang menganggur, tingkat kriminalitas meningkat. Akibat kriminalitas yang meningkat, masyarakat kota menjadi resah dan merasa tidak aman.
source : http://www.google.co.id/search?q=perbandingan+masyarakat+kota+dengan+desa&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar